MANADO, MSN
Dr Michaela Elsiana Paruntu MARS (MEP) mengungkapkan kekecewaannya setelah merasa dikhianati dalam pencalonannya sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) berpasangan dengan Dr. Elly Engelbert Lasut (E2L) pada Pilgub 2024. Dalam podcast “MEP Menjawab” yang disiarkan oleh Tribun Manado pada 5 Oktober 2024, MEP, yang juga Ketua Komisi Pelayanan Remaja Sinode (KPRS) GMIM, menceritakan secara rinci kejadian yang dialaminya.
MEP menjelaskan bahwa awalnya ia tidak berniat maju di Pilkada karena sudah terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulut. Namun, karena permintaan dari partai dan perubahan situasi politik, ia akhirnya memutuskan untuk maju. Sayangnya, mendekati pendaftaran pasangan calon, ia digantikan oleh E2L.
Menurut MEP, Christiany Eugania Paruntu (CEP), Ketua DPD Golkar Sulut, sebenarnya yang mendapat tugas untuk maju di Pilkada. Namun, CEP memilih fokus pada jabatannya sebagai anggota DPR RI, sehingga MEP diminta untuk maju. MEP sempat menolak tawaran tersebut, namun akhirnya menerima setelah mendapat rekomendasi dari DPP Golkar.
Seiring berjalannya waktu, MEP mulai berpikir untuk melepas peluang menjadi anggota DPRD Sulut guna fokus pada pencalonannya sebagai wakil gubernur. Mesin partai dan organisasi yang mengenalnya mulai bergerak mendukungnya. Namun, dinamika politik berubah dengan pergantian Ketua DPP Golkar, dan SK B1KWK dari Partai Golkar tidak diberikan kepada pasangan E2L-MEP.
Meskipun demikian, MEP tetap yakin untuk maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi E2L, mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi yang memungkinkan Demokrat mengusung sendiri dengan jumlah suara sah di Pemilu. Namun, pada detik-detik terakhir, SK yang diharapkan tidak kunjung diterima, membuat MEP harus menyelesaikan berkas-berkas pendaftaran di KPU dengan penuh kekecewaan.
Pada tanggal 26 Agustus, MEP tiba di Manado dengan berkas-berkas pendaftaran yang hampir selesai. Rencananya, ia dan E2L akan mendaftar di KPU pada tanggal 27, hari pertama pembukaan pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur. Namun, dalam proses penyelesaian berkas, MEP menerima informasi mengejutkan yang ia konfirmasi kepada E2L.
MEP mengungkapkan bahwa pada tanggal 26 Agustus, ia masih merasa sebagai calon wakil gubernur. Namun, ia kemudian ditelepon oleh Ketua DPD Golkar Sulut, Christiany Eugania Paruntu (CEP), yang menyarankan untuk memeriksa informasi bahwa namanya telah diganti. MEP merasa hanya memiliki komitmen dan kepercayaan yang diberikan, dan ia tetap berkomitmen bersama E2L.
Pada malam hari tanggal 26 Agustus, MEP bertemu dengan E2L di Manado. Dalam pertemuan tersebut, MEP diminta untuk melepas keanggotaan Partai Golkar karena ada kekhawatiran bahwa pergolakan dalam partai bisa dimanfaatkan oleh pihak lawan untuk menggagalkan pencalonan E2L. MEP menolak permintaan tersebut, menegaskan bahwa ia tidak bisa mundur dari Partai Golkar karena seluruh pencapaiannya diraih bersama partai tersebut.
MEP kembali menegaskan komitmennya untuk maju sebagai wakil gubernur tanpa mundur dari keanggotaan Partai Golkar. Namun, E2L memintanya untuk mempertimbangkan kembali. MEP tetap teguh pada pendiriannya, menekankan bahwa kemenangan dalam Pilkada membutuhkan komitmen dan kepercayaan.
Pada momen terakhir menjelang pendaftaran calon, MEP menerima informasi bahwa SK B1KWK yang diterbitkan sudah tidak mencantumkan namanya lagi, menambah kekecewaannya dalam proses pencalonan ini. MEP kemudian berpamitan kepada E2L, menghormati keputusan Partai Demokrat meskipun merasa kecewa.
Masyarakat masih berharap MEP akan mendampingi E2L, namun MEP harus menjelaskan kepada banyak orang bahwa ia sudah tidak menjadi calon wakil gubernur. Komunikasi terakhir MEP dengan E2L terjadi saat kampanye damai KPU Sulut, di mana MEP hadir sebagai perwakilan Ketua DPRD Provinsi dan Ketua DPD I Partai Golkar. Meskipun tidak lagi satu bendera, hubungan mereka tetap baik.
“Dan komunikasi paling terakhir setelah 27 Agustus itu adalah di saat kampanye damai KPU Sulut, saya hadir di situ sebagai mewakili ketua DPRD provinsi, tetapi juga mewakili sebagai ketua DPD satu Partai Golkar. Ketemu di situ kita baik-baik aja, kan enggak juga berantem cuman tidak satu warna lagi ini gitu kan, udah enggak satu bendera lagi karena saya harus bawah nama Partai Golkar,” tutupnya. (sd/*)