Tahapan pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada), tak jarang diwarnai kabar hoaks. Gaung penolakan pun diberikan aktifis Sulawesi Utara (Sulut). Berbagai informasi yang tak berdasar dinilai akan menimbulkan ketidaknyamanan di tengah masyarakat.
Aktifis Sulut Jimmy Tindi melayangkan penolakan terhadap berbagai upaya oknum-oknum tertentu yang meresahkan publik dengan menebarkan berita hoaks. Dirinya meminta dalam tahapan pemilu dan pilkada harus dijauhkan dari berbagai bentuk kabar bohong yang bisa memicu konflik di kalangan masyarakat. “Saya dengan tegas menolak hoaks dan mengecam oknum-oknum yang berupaya menyebarkan berita hoaks kepada publik,” tuturnya, Jumat (19/4/2024).
Tindi berharap masyarakat tidak mudah percaya dengan isu-isu yang berkembang. Baik itu dari bibir ke bibir maupun yang dilihat melalui media sosial. Apalagi yang tidak memiliki dasar dan sumber yang jelas. “Masyarakat harus mawas diri terhadap berita hoaks. Jangan mudah terpancing, apalagi itu untuk memprovokasi suasana di masa-masa pemilu maupun jelang pilkada nanti,” ucapnya.
Jopie Komaling mengecam keras pelaku penyebaran hoaks pada saat tahapan pemilu. Berita bohong baginya sangat memicu keresahan di tengah masyarakat makanya perlu bersama-sama menolak hal tersebut. “Saya menolak tegas penyebaran hoaks yang bermunculan selama tahapan Pemilu dan Pilkada, ini sangat meresahkan sehingga masyarakat bisa terprovokasi, apalagi punya narasi ajakan kebencian,” ucapnya.
Hoaks dalam pemilu baginya, perlu dilawan. Kalau tidak akan menjadi kebiasaan dalam setiap perhelatan pesta demokrasi. Orang berpikir wajar-wajar saja kalau menyebarkan berita bohong dalam pemilu. “Kalau dibiarkan maka orang berpikir tidak apa-apa berita hoaks dalam pemilu misalnya menyampaikan ketidakbenaran terhadap seseorang agar dibenci, memprovokasi masyarakat. Orang akan berpikir memang pemilu mainnya sudah begitu jadi sah-sah saja. Padahal ada orang-orang yang dirugikan,” jelas Komaling. (aoat)