Example floating
Example floating
Berita

Waspada ‘Virus’ Hoaks pada Pemilu 2024

145
×

Waspada ‘Virus’ Hoaks pada Pemilu 2024

Sebarkan artikel ini

MANADO, MSN
Problematika Pemilihan (Umum) Pemilu 2023 sulit ditebak termasuk berita hoaks atau penyebaran berita bohong.

Hal ini terungkap pada Focus Group Discussion (FGD), bertempat di Grand Whiz Hotel Manado,  Jumat (1/12/2023).

Adapun tema pada FGD ini adalah: Strategi Antisipasi Hoaks Menuju Pemilu 2024, dengan menghadirkan pembicara utama dosen FISIP Unsrat  Fery Liando dan Kepala Diskominfo Sulut Evans S Liow.

Menurut Liando, jika penyebaran hoax tidak dicegah, maka ada 3 peristiwa besar yang kemungkinan akan terjadi.

Pertama potensi akan terjadinya konflik. Baik konflik antar peserta, konflik antar pendukung maupun konflik sosial di masyarakat. Konflik bisa terjadi karena proses politik adu domba atau propaganda akibat hoax.

Kedua, jika tidak di cegah maka berpotensi adanya delegitimasi hasil pemilu. Hal ini akan berbahaya, karena bisa saja pendukung atau tim pemenangan dari calon yang kalah akan membuat perhitungan atas kekalahannya itu. Meski hasil pemilu dapat diterima, namun dukungan atas pemerintahan yang berkuasa sangat lemah akibat keyakinan masyarakat yang keliru karena penyebaran berita hoaks.

“Apalagi jika hoax tidak dicegah bisa jadi akan mempengaruhi pilihan publik atas salah satu calon. Calon yang baik akan di anggap buruk. Pemilu yang seharunya bertujuan terpilihnya orang-orang baik maka, hoax akan mengubah terpilihnya calon-calon yang tidak baik,” ungkap Liando.

Ketiga, opini pemilih terhadap calon sehingga tidak dipilih. Sebaliknya calon yang buruk akan dinilai baik sehingga mempengaruhi pilihan publik.

Lanjut dia, ada empat pemicu terjadinya penyebaran berita hoax.

“Pertama adanya kepentingan politik. Pemilu adalah kontestasi atau kompetisi. Sehingga semua peserta berusaha untuk menang. Banyak kandidat akan berusaha menghalalkan segala cara termasuk menyebarkan berita bohong. Kandidat yang dianggap memiliki banyak pendukung berpotensi menjadi sasaran informasi hoaks. Banyak calon yang akan menggunakan metode black campaign untuk meruntuhkan kekuatan pesaing,” bebernya.

Kedua karena kepentingan keuntungan bisnis. Semakin banyak pihak yang merespon postingan berita bohong maka akan menguntungkan pemilih media sosial. Selama ini banyak pihak yang diuntungkan dengan berita-berita bohong sehingga berita-berita tersebut digandakan melalui penyebaran dalam berbagai aplikasi media sosial.

Ketiga  berita bohong menyebar karena ada media yang dimanfaatkan untuk penyebarannya. Hampir 80 persen pemilih menggunakan informasi melalui media sosial.

Keempat karena ada pasar atau penerima manfaat baik untuk pengetahuan sendiri atau bahan utk di sebar. Tidak mungkin hoaks akan berkembang jika tidak ada pihak yang membutuhkan. Karena pihak yang membutuhkan banyak, maka produksi hoaks terus berkembang setiap saat terutama pada tahapan pemilu.

“Jika para pelaku kejahatan penyebaran berita hoaks tidak ditindaki maka perbuatan ini akan terus berkembang,” paparnya. (sonny dinar)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *